Geworth – Kasus sifilis atau Raja Singa meningkat tajam di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun, sejak 2016 hingga 2022. Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga dilaporkan terjangkit penyakit tersebut.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan, kasus ini terjadi karena kurangnya pemeriksaan atau skrining dan pengobatan bagi ibu hamil penderita sifilis. Dokter kandungan-ginekolog dr Christian Wijaya, SpOG, mengatakan salah satu cara penularan penyakit yang paling berbahaya adalah melalui proses persalinan.
“Biasanya kasus sifilis pada anak terjadi saat proses kelahiran alami, karena penularannya adalah penularan langsung. Oleh karena itu biasanya tertular saat persalinan normal,” jelas dr Christian saat ditemui di Jakarta Utara, Rabu (10/5). / 2023).
“Kalau operasi caesar jarang terjadi,” lanjutnya.
Apakah sifilis dapat ditularkan melalui ASI?
Menurut dr Christian, risiko penularan sifilis lebih besar melalui persalinan normal. Bagaimana jika melalui Air Susu Ibu (ASI)?
“Kalau ASI ternyata tidak menularkan, kemungkinannya kecil,” ujar dr Christian.
Oleh karena itu, di awal kehamilan, ibu hamil disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada risiko atau kemungkinan infeksi sifilis pada ibu.
Dr Christian mengungkapkan pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan tes Venereal Disease Research Laboratory (VDRL). Hal ini berfungsi sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi adanya sifilis pada ibu hamil.
Pungkasnya dengan mengatakan, “Kalau sejak awal diketahui ada sifilis, kami obati sejak awal untuk mencegah penularannya ke anak-anak.”
Baca Juga: DKI Sumbang 618 Kasus, Ini Sebaran 1768 Kasus Baru COVID-19 RI Per 10 Mei
