Beranda Health Prediksi Gelombang Covid-19 Diperkirakan Bertambah Jadi 11 Juta Kasus Per Minggu

Prediksi Gelombang Covid-19 Diperkirakan Bertambah Jadi 11 Juta Kasus Per Minggu

87
0
Prediksi Gelombang Covid-19 Diperkirakan Bertambah Jadi 11 Juta Kasus Per Minggu

Geworth Gelombang COVID-19 di perkirakan akan memuncak di China bulan ini dengan 11 kasus per minggu. Menurut perusahaan data kesehatan Airfinity yang berbasis di Inggris, gelombang baru yang di luncurkan oleh varian Omicron XBB ini akan lebih kecil dari yang sebelumnya.

“Model kami memperkirakan bahwa lonjakan akan mencapai puncaknya pada awal Juni sekitar 11 juta orang per minggu, dengan 112 juta orang terinfeksi selama kebangkitan ini,” kata Airfinity, mengutip South China Morning Post (SCMP), Kamis (8/6/2023). ). . .

Sebelumnya, pada Mei 2021, pakar pernapasan China, Zhong Nanshan, memperkirakan kasus COVID-19 akan mencapai 65 juta per minggu pada akhir Juni 2023. Angka ini enam kali lebih tinggi dari prediksi Airfinity.

Saat itu, Zhong tidak menjelaskan apakah jumlah kasus yang di harapkan itu termasuk kasus tanpa gejala. Tapi Airfinity mengatakan model prediktifnya hanya mencakup kasus simtomatik.

Akankah jumlah kematian bertambah?

Sejauh ini, belum ada data resmi dari China terkait jumlah kasus dan status gelombang COVID-19 di China. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC China) berhenti merilis data mingguan tentang jumlah tes positif dan kunjungan klinik untuk pasien demam pada awal Mei. Saat itu, bertepatan dengan pencabutan darurat COVID-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Epidemiologi COVID-19 Airfinity Dr. Tishya Venkatraman menjelaskan bahwa dampak gelombang kedua COVID-19 di China tidak akan separah gelombang pertama. Pasalnya, seiring berjalannya waktu, tingkat kekebalan masyarakat China kini semakin meningkat. Namun, menurut dia, masih ada kemungkinan jumlah kematian pasien Covid-19 masih tinggi.

“Meskipun gelombang saat ini cenderung lebih kecil, namun dapat menyebabkan banyak kematian akibat populasi yang menua di China,” kata Venkatraman.

Dia menyimpulkan dengan mengatakan, “Kami menyaksikan ini di Jepang, di mana gelombang terakhir menyebabkan banyak kematian meskipun cakupan vaksin tinggi dan kekebalan dasar penduduk dari gelombang sebelumnya.”

Baca Juga: Ganjar Sebut Megawati Guru Politik dan Jokowi Mentor Pemerintahan

Artikulli paraprakBegini Respons Alan Walker Rumah Raffi Ahmad yang Ada Lift
Artikulli tjetërSimak Alasan Marc Marquez Pakai Helm yang Ada Simbol Semut

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini